Hujan deras. Angin sejuk.
Aku tiduran di atas kasur yang spreinya pink, kecuali sarung bantalku yang kutandai krem supaya nggak tertukar dengan sarung bantal suamiku. Bantalku lebih enak, bagiku, dan aku pilih sendiri di antara bantal-bantal yang tersedia di rumahku.
Ada bantal yang asalnya dari Cibubur rumah orangtuaku, ada yang dari Solo rumah orangtuaku yang lainnya, dan dari rumah sewa suamiku saat kami belum menikah.
Bantal enak yang enaknya aku takar sendiri sifatnya penting dan perlu diperhitungkan bagiku. Soalnya kalau dia tidak diterima oleh leherku, aku akan bangun dengan tengkuk yang nyeri dan hati yang kesal. Bantal enak mendukungku untuk punya performa baik sebagai manusia pada keesokan hari.
Kamu yang suka marah-marah mungkin bisa coba ganti bantal. Lalu pastikan tidak tertukar dengan milik orang lain.