Aug 2, 2016

Energi

Kalau kata Newton via guru SMP, diulang guru SMA, dan ditekankan oleh kakak bimbingan belajar, energi itu kekal dengan wujud yang berubah-ubah. Energi potensialku mungkin berubah jadi sesuatu yang lain sore kemarin. Energi dari umbi batang pada malamnya juga berubah jadi energi lain menggantikan energi potensialku.

Omong-omong, saking banyaknya jalur, energi dari matahari sulit ditelusur berubah jadi apa saja. Banyak yang terkena imbas dalam artian positif. Bisa jadi energinya terakumulasi dalam matriks protein ikan, terung, atau matriks polisakarida dalam sepiring nasi.

Siang kemarin, atau sore, atau keduanya, dua orang pemuda dengan gitar dan cajon datang ke sebuah warung nasi. Salah satu memilih ikan asin dan yang lainnya memilih ikan lele. Masing-masing mengambil sepiring nasi dengan takaran lebih banyak dari nasi-nasi yang ada di piring penikmat terung balado saat itu. Tak buang waktu, keduanya makan dengan lahap.

Malam hari entah apa yang mereka lakukan bertepatan waktu dengan aku yang sudah merebahkan diri pada kasur keras di kamar. Mataku yang sedang lelah minta dipejamkan hingga pagi hari--pagi ini.

Pagi ini aku bangun dengan perasaan kusut. Bangun tidur dengan perasaan kusut bisa jadi efek dari umbi batang, kasur yang keras, tidur tanpa bantal guling, atau udara yang dinginnya menusuk tulang. Bisa jadi juga karena ilusi tentang Jalan Baru yang padat memaksaku bangun lebih pagi.

Energi dalam tubuhku berubah jadi H2O dan CO2. Detak jantungku lebih cepat, tekanan darah lebih tinggi dari biasanya. Mumet. Aku berangkat lebih pagi dibanding kemarin.

Pada 7.38, dua pemuda penikmat ikan lele dan ikan asin sudah siap melantunkan lagu dari band yang sudah bubar di sebuah bus tujuan Bogor - Kampung Rambutan. Pada 7.39, aku berada di moda transportasi yang sama. Pada 7.40, perasaan kusutku terurai sedikit. Seiring dengan ratusan detik berikutnya, simpul-simpul yang kukira simpul mati terbuka dengan sukarela.

Energi dari ikan lele dan ikan asin berubah jadi energi suara dalam wujud lantunan merdu. Ada juga energi yang berubah jadi energi gerak dalam wujud not balok pada gitar dan pukulan ritmis pada cajon. 

Energi lain yang paling jelas terasa ialah energi yang berubah wujud dalam diriku. Entah energi apa namanya. Yang pasti, perasaan baik, semburat semangat, dan senyuman jadi salah satu wujudnya.

Mungkin semesta memang bekerja seperti itu.


Terima kasih untuk lantunanmu yang masuk pada kunci-kunci gitar,
Aku suka.
Afi Wiyono
P.s. kisah warung nasi hanya asumsi, lainnya memang terjadi.
Haya/Afi| 2008-2022