May 8, 2018

Aku Memilih Bus Ketimbang Kereta Listrik Pagi Ini

Beberapa waktu lalu saat main ke desa, ada tayangan yang jarang kudapatkan. Di desa, kebijaksanaan boleh jadi datang ke lapangan sepak bola yang becek, bersamaan dengan guyuran hujan deras yang tidak asam.

Bisa pula ia tertanam dalam singkong di dalam tanah milik ibumu, pamanmu, atau tetangga yang tak pernah tahu kalau sekelompok anak umur tiga belas tahunan secara bergantian diam-diam mencuri umbi akar itu.

Di desa, yang terletak dekat Gunung Sindur, aku bisa tersesat karena kena ilusi pengelihatan saat mencari masjid berkubah biru. Kukira dia ada di depan, sebelah kanan. Namun jalan yang ternyata membelah pegunungan tidak mengantarkanku padanya. Ia tiba-tiba sudah di belakangku, sebelah kiri.

Orang bisa menjadi begitu bijak saat tumbuh di desa.

Namun,

kamu tahu?
Tidak ada salahnya menjadi orang kota.

Kebijaksanaan bisa dipetik kalau aku mau, begitu kata ayahku. Ibuku menambahkan kalau kebijaksanaan tersedia pada tiap perjalanan. Kamu bisa kaya akan kebijaksanaan kalau menghendaki dirimu menjadi seperti itu.

Tidak apa-apa kalau kamu malah dimampukan mengambil kebijaksanaan lewat diam setiap kali ibu-ibu paruh baya marah karena wanita umur dua puluh tahunan dapat tempat duduk di kereta pagi arah Jakarta Kota ketimbang dirinya. Atau saat ada yang mau keluar gerbong namun tidak sengaja menginjak kaki yang lain.

Tidak apa-apa juga kalau kebijaksanaan justru datang dengan tidak mampunya kamu membedakan lengkuas dan jahe saat ibumu minta cepat-cepat diambilkan bumbu dapur untuk sayur bayam bening.

Santai saja kalau kamu justru tersesat saat menuju sebuah gedung berwujud pensil yang tampak di sebelah kanan, tetapi jalan malah menghendakimu ada jauh di depannya tanpa melaluinya.

Kamu dan aku punya potensi bijak dimana pun. Perjalanan pun bukan soal tempat saja, melainkan juga waktu. Saat siap, kamu boleh memanfaatkan kebijaksanaan yang--sekali lagi kukatakan--bisa dipetik pada tiap perjalanan.

Boleh aku sisipkan pendapatku? Kebijaksanaan akan selalu tentang menghamba sebaik-baiknya.

Sedang mencoba bijak dengan kelas baru di kota,
Afi Wiyono.

Haya/Afi| 2008-2022