Jan 7, 2019

Tujuh Januari

Hari ini aku layak tertawa banyak. Tepuk tangan, tepuk jidat juga boleh. Yang banyak, yang banyak!

Diawali dengan Mama yang mau baca kontrak kerja, aku yang bawa dua sepatu ke kantor, aku yang sudah pakai helm dan melaju bersama bapak ojek online terus tiba-tiba "Pak, charger handphone saya dimana?" "Ya nggak tau, Mbak. Di rumah kali?" "Iya Pak, tau aja. Kita balik lagi ya Pak sebentar", aku yang naik omprengan lalu baca buku cuma dua kalimat, lalu turun di halte Sarinah dari pintu kanan. Segala yang terjadi sebelum sampai kantor kuasumsikan sebagai awal, ya.

Hariku kuisi dengan kepanikan sekaligus keyakinan untuk menagih segala kebaikan yang sudah aku rencanakan hari kemarin soalnya Tuhan kan membuat semestaku sesuai prasangkaku.

Isi hariku sih secara berurutan tentang menggunakan mesin pencarian untuk membuat kop surat, ditelepon bapak ojek online yang ada di TB Simatupang, buru-buru mendesain kartu nama yang-apa-sih-kok-jadi-huruf-kapital-semua, balik ke bilik untuk makan rolade dan tempe goreng, diajak pergi makan siang lalu menolak sehingga dianggap sombong, membawa topi untuk dinas luar, tersesat di gedung kantor orang, dilempari senyum oleh Mas-mas hottie, berjalan di bawah matahari yang superterik, dikejutkan dengan demonstrasi mendadak di kantor orang, terkurung di wilayah kantor orang, menerobos batas kantor orang dan kantor orang lainnya, dievaluasi hasil jepretannya, minta diajak makan siomai sambil menunggu rekan nyebat, menahan kantuk, dan pulang lima menit lebih awal dibanding waktu seharusnya.

Hariku yang tiba-tiba ingin direncanakan agar berakhir dengan sangat cemerlang dengan turut sertanya aku dengan bus kota yang punya tarif murah berakhir dengan terlalu cemerlang dan mengesankan.

Aku beli permen jahe yang harganya lima ribu-tiga, disuguhi permainan gitar yang lihai oleh musisi patas yang bersuara merdu, merasa dinasehati lewat pidato musisi tersebut yang menyampaikan pesan ibunya kalau tidak perlu takut akan hari esok karena hari esok itu biasa saja, menghadiahi musisi satu bungkus permen jahe, bertanya tentang detail jadwal bus, turun bus di tempat yang salah semata-mata karena kupikir sudah waktunya, berganti bus walauoun terpaksa, naik OKTrip yang oke punya. Hihihihihi.

Sampai rumah aku tertawa banyak sambil menceritakan semuanya pada Mama. Lelah sekali jadi teman diri sendiri. Huh, untung sayang.

Besok kita berpetualang lagi, ya?

Yay,
Afi Wiyono

Haya/Afi| 2008-2022