Jun 18, 2019

Tentang Bahasa yang Tidak Dikursuskan Secara Khusus

We talk different languages.
But, guess what?
It's the meaning that matters

***
Kadang aku mikir, bahasaku terbatas untuk bisa berdiskusi sama orang-orang tertentu. Saat mencoba tetap memaksakan penyampaian maksud dengan kemampuanku yang tarafnya sudah maksimal, aku bisa jadi salah dimengerti, tidak bisa mengimbangi, atau malah jadi tersesat dalam musyawarah yang tidak akan berujung mufakat.

Jadi, aku punya keinginan untuk memperbanyak bahasaku. Semata-mata supaya kesempatanku lebih besar. Bisa bicara pada suatu lapisan, lapisan lain, kalau dikehendaki Tuhan sih bisa saja semua lapisan.

Soalnya, kata ayah dan ibuku soal kehidupan di dunia yang tatanannya semakin rumit ini, lapisan juga semakin banyak. Padahal tugas kita di dunia adalah sebisa mungkin menjadi bagian dari lapisan yang selamat pada hari akhir nanti. Pun sebisa mungkin memperluas area lapisannya.

Dengan perumpamaan serupa, aku nyatakan juga kalau aku tidak keberatan bahasamu apa. Aku mau kita hanya pastikan daftar hal yang akan kita sampaikan dan diskusikan pada lebih banyak pihak sebagai bekal pertanggungjawaban.

Jadi, kita mau bicara dengan bahasa apa? Bahasa yang mana? Aku mau menjadi siap.

.
P.s. aku tadi ditegur bapak-bapak yang rumit karena aku duduk di kursi Transjakarta bagian belakang. Yang aku tahu sih itu tidak khusus pria. Tapi kalau si Bapak mau duduk ya silakan, aku sedang tidak keberatan.

Selamat berdiskusi!
Afi Wiyono

Haya/Afi| 2008-2022