September sudah hari ke enam. Besok hari jatuh tempo layanan internet di rumahku.
Serius, September jadi bulan yang aku antisipasi sih soalnya sudah beberapa tahun belakangan ada kejutannya. Tapi dipikir-pikir kenapa juga harus antisipasi? Kalau terkejut, aku kan cuma bisa jadi spontan.
.
Tadi pagi di kereta Bogor-Jakarta Kota aku duduk di serong depan seorang bocah laki-laki yang mukanya cemas. Dahinya berkerut sambil melihat ke jendela seberangnya. Lama sekali dia pasang raut wajah yang itu.
Siang ini di kereta Jakarta Kota-Bogor aku kembali melihat wajah cemas bocah laki-laki. Tidak terlalu mengernyitkan dahi, sih.
Pernah lihat mata anak kecil yang masih bening? Iya, rasanya lucu sekali kalau dipadukan dengan dahi berkerut. Ada apa sih sebenarnya? Jangan-jangan habis nonton Gundala dan sedang berpikir apakah mereka terkena persebaran serum amoral.
Serius, aku cuma mau menulis tentang bocah laki-laki yang mukanya cemas saja kok kali ini. Lucu.
Oh ya, September tahun depan, kalau aku sempat bertemu, mungkin aku sedang mengetik di kereta menuju kota dekat Amsterdam kali. Mana aku tahu juga.
Hehe,
Afi Wiyono