Daun kuning. Ayahku pakai baju hitam dan ibuku minta difoto. Aku menunggu bus, merasa merah karena memadukan tekstil kiriman dari suatu kota tua. Kok bisa ya teori warna komplementer disepakati? Bukan artinya aku tidak tergolong dalam mereka menyepakati, justru aku akan angguk setuju kalau jadi bagian dari validasi studi. Aneh.
Oh, soal latar belakang pada gambar yang ibuku minta abadikan, padanya ada menara. Membangun menara tidak pernah mudah, namun bisa selalu diperhitungkan, maka sekali lagi kukatakan bahwa ada menara pada latarnya. Setelah kupikir, barang kaku, panjang pendeknya bisa dinyatakan dalam unit yang disepakati. Terlebih, ia lebih mudah dikuantifikasi dalam satuan panjang dibandingkan benda berwujud bukan padat. Eh, begitu bukan sih cara kerjanya?
Namun tidak untuk tiap-tiap dari kami yang hidup karena dihidupkan, walapun bisa kaku juga. Memang sih, tidak pantas rasanya merasa benda atau membedakan mereka yang serupa denganku. Kami-kami yang ditiupkan ramuan, yakni yang sering kami bilang pergi sementara saat tidur. Soal ini, akan kuberi simpulan: Menyatukan ramuan bisa mudah, bisa sulit.
Maka aku mau mudah, aku mau sulit, soalnya aku mau menyatu.
Tidak membangun menara,
Afi Wiyono