Feb 22, 2014

Jangan Cepat Gusar

It's funny how I lost the words to scatter things up upon my latest week.
Saya nggak pulang ke Jakarta weekend ini. Ini lagi ngetik di kamar kosan yang warnanya cerah banget, hijau. Kemarin mama BBM minta saya pulang tapi ya, bagaimana lagi, sedang ada urusan yang mesti diurus. Memang begitu kan, urusan memang untuk diurus, bukan dibiarkan.

Setelah kegalauan yang diciptakan oleh kata-kata seorang pintar nan cerdas di penghujung minggu lalu, saya akhirnya benar-benar bangkit. Ada masalah, tentu masalah memang selalu diciptakan sebagai ujian kelanjutan hidup kita ke level yang lebih tinggi. Ada yang mengatur, tentu ada yang mengatur jalan hidup saya dengan plot dan latar yang sesuai. Kenapa mesti galau?
Mungkin harus diperjelas, saya bukan galau karena masalah asmara yang notabene jauh banget dari hidup saya. Sialan untuk pubertas yang tak kunjung datang, haha. Saya galau karena sesuatu yang mengusik diri saya, yang seakan punya rintangan lebih daripada orang lain. Padahal nggak begitu sih, semua orang punya rintangan masing-masing. Selamat menghadapi dan menjinakkan rintangan ya, semuanya!
Oh iya, sedikit pesan untuk yang sedang diserang kegalauan a la asmara: Jangan terlalu sering jadi patah hati. Bangsa ini sudah terlalu sesak sama masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya yang cakupannya makro. Bangsa ini nggak butuh remaja-remaja patah hati. Bangsa ini butuh remaja tangguh yang 'layak' untuk meregenerasi dan mengobati dirinya. Fokus sama tujuan mulia kalian. Punya kan? Iyalah harus.

Kembali berbicara tentang pekan di Februari. Pekan ketiga Februari. Rasanya terlalu cepaaaaat. Tiada hari tanpa kuliah (ya pasti lah) dan tiada hari tanpa bersua dengan geng magang. Semangat sayang-sayang, tak apa lelah-lelah dahulu supaya kita bisa cerita sama orang lain kalau kita pernah lelah dan itu menyenangkan.
Selamat 10 tahun untuk Koran Kampus IPB, dari kru magang yang sedang mengetik. Semoga hal-hal baik senantiasa menghampiri. Kalau tidak dihampiri ya sudah selayaknya kita yang menciptakan, bukan begitu?

Pekan ini Agnes berkali-kali berkeluh kesah tentang saya. Begini katanya "dasar wanita aneh!", "terserah hidup lo deh! Wanita aneh!", "Yaampun lo punya hati nggak sih? Aneh banget!", "Peka sedikit dong ya ampun elu mah, wanita aneh", "Gue lelah, ya Allah Agnes dosa apa ditemuin sama makhluk-Mu yang satu ini?!", "Mmm, udah jago ya sekarang. Suka-suka lo sama diri lo deh". Nggak jelas at the highest point.
Dasar wanita janggal.
Aneh is undefinable. Aneh bagi Agnes belum tentu aneh bagi saya.
Aneh is an adjective. Aneh itu cuman sifat dan sifat bisa berubah.
Aneh is quite impolite. Aneh itu rasanya punya arti yang diluar kewajaran. Ya memang begitu. Jadi itu agak impolite untuk menjadi sebutan bagi seseorang.
Dasar wanita janggal.
Dasar wanita janggal.
Dasar wanita janggal.
Tapi Si Wanita Janggal baik deh, udah beliin saya time organizeboard. Makasih ya, mungil.

Saya merasa belum seutuhnya jadi diri saya sendiri ups, ini kegalauan macam apa lagi ya Tuhan, haha. Maaf kalau memang saya mengusik banyak pihak karena susah behave. Maaf juga kalau apa yang bagi saya wajar tapi bagi kalian tidak. Maaf kalau terlalu ribut sampai ada yang bertanya begini, "Fi dapet gen rame dari ayah apa ibu?". Memangnya kenapa? Hahahaha. Atau mungkin pertanyaan macam "Fi tehnya nggak diabisin gara-gara gratisan ya? Kalau bayar pasti diabisin kan? Dapet gen pelit dari siapa?" Sialan sekali pertanyaannya, hahaha. Terima kasih sudah bertanya, ya.

Sudahlah, saya senang sama pekan ketiga Februari. Saya senang karena menemukan alasan untuk tidak menjadi lemah, tidak menjadi orang yang bersedih, tidak menjadi gusar akan masa depan karena ada banyak hal yang, entahlah, terlalu indah untuk dikatakan 'biasa saja'. Terima kasih banyak untuk semua aktor di episode pekan ini! Senang bekerja sepanggung sama kalian dengan skenario yang mengagumkan dari Dia.


Afi Wiyono.

p.s selalu ada yang dikabulkan dari doa yang seakan malu disampaikan pada Tuhan. Terima kasih, ya Allah :D
Haya/Afi| 2008-2022