May 10, 2015

Titip



                     



Tuhanku, terima kasih atas pesona skenario-Mu yang masih buatku cengengesan hingga kini.



Tutur kata saya memang jelek, nggak usah dijabarkan lagi. Sejelek pikiran saya tiap kali akan naik kereta tujuan Tanah Abang. Makanya saya nggak heran kalau selalu desak-desakan dan acap kali terinjak sama bapak-bapak paruh baya. Karena apa coba? Iya, karena saya tipikal orang yang percaya bahwa semesta selalu berkonspirasi dengan pikiran. Mestakung, gitulah intinya.

Sudah dua pekan ini saya dapat komplain dari teman-teman saya. Saya anggap mereka peduli, bukan kecewa. Mereka bilang jarang sekali melihat saya di kampus, apalagi di rumah mereka. Mereka bertanya, memangnya saya kenapa? Sakit? Ada urusan? Apa kurusan sehingga sulit dikenali?
Sumpah nggak tahu juga kenapa opsi ketiga bisa terlontar di kala saya sedang merasa membengkak karena pakai sepatu kets yang tingginya hampir menyamai wedges ini.

Saya jawab, "gue ada di kosan."
Si teman-teman yang komplain nggak merasa puas dengan jawaban saya. Lalu, saya lanjutkan. Saya katakan bahwa saya sedang tidak bergelora menimba ilmu dari perkataan dosen di kelas. Saya butuh ruangan lain. Saya butuh 'dosen' lain. Saya bolos, intinya begitu. Dalam satu pekan, saya sama sekali tidak masuk ke kelas mayor. Kepada mereka yang telah membayar pajak dan membaca tulisan mahasiswa-tukang-cabut ini, mohon maafkanlah saya. Saya sadar kok kalau saya salah dan cenderung menyelewengkan uang kalian. Tolong kasih saya kesempatan untuk melenceng sejenak dari segala 'tuntutan' akibat alur pendaftaran ke perguruan tinggi negeri. Karena pendaftaranlah yang bikin saya punya status sebagai mahasiswa yang alhasil punya tanggung jawab moral sebagai 'mahasiswa'. Ah, ribet.

Ada apa di kosan saya? Nggak ada apa-apa. Sumpah, di kamar cuman ada meja kecil, tempat tidur serta kasur, lemari, dan rak sepatu. Yang kelihatan sih, begitu. Yang nggak kelihatan ada banyak. Ada dunia. Ada dunia yang sangat menakjubkan. Kadang, saya harus memejamkan mata untuk menemukan dunia itu. Namun di lain waktu, dunia itu datang sendiri. 
Banyak jerapah dan dinosaurus. 
Malah pernah ada jerapah yang naik roket. 
Ada astronot yang hobinya menyapu lantai.
Ada istri astronot yang pandai memasak.
Auk ah gelap.

Kamu yang baca ini, mohon maaf kalau saya terkesan berbohong. Padahal nggak. Terserah mau percaya atau nggak, yang pasti kamu memang nggak bakal boleh masuk kamar saya. Saya pengen terbang banget rasanya. Mau lihat dunia dalam mode zoom out, lalu melambaikan tangan ke kalian-kalian sambil bilang, "Titip absen dong!"

Haya/Afi| 2008-2022