Apr 12, 2016

Mimpi Ulang Tahun

Lagi.

Setelah sekian lama, aku akhirnya bermalam di kasur Jakarta sendiri. Dinding jingga, kasur king size, dan pendingin ruangan yang lebih cocok disebut pembeku menemani malam tadi. Sampai bablas aku melewati jadwal belajar pukul 1 pagi. Jadi pagi ini mau tak mau harus kebut review materi Analisis Pangan.

Ternyata aku lebih tak acuh dari yang aku bayangkan. Kembali mimpi tentang orang yang berulang tahun ternyata pesonanya jauh lebih besar dibandingkan buku teks ujian hari ini meski sampulnya berwarna merah muda. Jadi, kuputuskan untuk menulis lagi di sini.

Malam tadi, aku dapat mimpi. Teman baik si Dino berulang tahun. Temannya ini tinggal jauh di perantauan. Jadi, seandainya dibuatkan pesta kejutan pun ia tak akan datang. Atas dasar inilah aku sibuk membuat kado untuk dikirimkan ke kotanya.

Malam sebelumnya, aku berkunjung ke rumah si Dino. Saat itu rumahnya berbeda dengan terakhir waktu aku ke sana. Uniknya, ibu si Dino ini manusia. Ibu yang pernah muncul di mimpi sekitar 2 tahun lalu. Kisahnya pernah kutulis di jurnalku.

"Mari masuk, duduk di sofa ini," lalu Ibu si Dino ke arah dapur. Aku duduk di sofa krem. Lain sekali perangai Ibu berambut ikal ini sejak terakhir muncul di mimpiku. Dulu, ia main bentak, marah karena aku bermain kartu remi di kelas. Dulu juga, aku disuruh---bukan dipersilahkan---duduk di sofa berwarna ungu hijau.

Ibu si Dino kembali lagi dengan segelas sirup cocopandan. "Aku mau titip si Dino. Aku rasa dia berubah, tolong dijaga baik-baik," ujar si Ibu. Aneh sekali kata-katanya. Si Dino sedang ke pekarangan rumahnya saat itu. Jadi, hanya aku yang mendengar kalimat sumbang tadi.

Sama seperti di mimpi kemarin, aku tidak dapat kesempatan bicara. Jadi aku hanya menyaksikan semuanya.

Selesai dari rumah si Dino, aku kembali ke rumah diantar dengan mobil sedan. Mobil itu mirip seperti gambar mobil yang Ghazy buat pada sesi corat-coret siang kemarin.

Si Dino tanpa berucap apa pun langsung pergi entah kemana. Saat itu pula aku langsung mulai merangkai kado untuk teman si Dino. Aku tidak yakin benar apa yang kubuat. Ada menggunting, menempel, menjahit, lalu jadilah pigura beserta isinya yang entahlah aku tidak tahu.

Setelah itu, kuputuskan untuk mengambil gambar kado itu dan kukirimkan ke si Dino. Ia merespon baik. Segera kukirimkan kado itu ke teman si Dino di suatu kota di timur Jawa.

Mimpiku selesai sampai di situ.

***
Aku tahu kamu siapa.

Haya/Afi| 2008-2022