May 11, 2016

Suffer for My Sanity

Mungkin saya lupa kalau saya sebenarnya dikehendaki menjadi seorang teknolog. Mungkin saya tidak lupa, tapi memang tidak pernah memaknai ketika masuk ke jalur perguruan tinggi ada idealisme tersendiri yang ingin dicapai institusi. Atau bahkan, mungkin saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan teknolog itu sendiri.

Percakapan dengan seorang teknisi tentang cara membuat tahu dari kacang kedelai utuh pada Senin lalu membuat saya tertegun. Hm, iya, berlebihan. Singkat cerita, esok harinya saya sempat menulis surat pembuka untuk kuliah pagi. Ia tertera begini:

I found out that everyone is special in a conventional way,
I found out that we may have loosen up the authentic side of everyone,
Or,
Maybe we are not willing to be autenthic anymore.

Nggak jelas memang, seperti tulisan pada kesempatan lainnya. Saya sedang di Al-Fath, tempat ibadah di kampus yang selalu sejuk saat siang hari. Mumet sekali karena hal ini, makanya sehabis sembahyang dzuhur, saya menuju ke pojokan, mencari sumber listrik, mengetik, dan ya, masih mengetik sampai sekarang.

Pak Gatot--beliau yang saya sebut sebagai teknisi di paragraf atas. Tanpa mengurangi rasa hormat, saya tidak menuliskan capaiannya sebagai Teknisi Terbaik Nasional. Nanti terlalu panjang--memberi petuah pada Senin, saat beliau mencampurkan asam sitrat ke sari kedelai yang akan 'disulap' menjadi tahu. Beliau bertutur banyak tentang Jepang yang menawarkan kerja sama dengan menyuguhkan teknologi pembuatan tahu serta instrumennya pada era 80an.

Saya nggak heran sama sekali mengenai tawaran dari Jepang itu. Teknologi di sana, ya begitulah. Tentang tahu juga saya nggak heran. Heran sedikit sih, kenapa tahu sumedang agak kopong tapi tahu--tanpa bermaksud rasis--cina lembut banget. Tapi jawaban Pak Gatot memuaskan. Saya nggak mau membeberkan di sini, karena bukan itu topiknya. Kalau mau tahu dan tahu goreng--what the fish I am talking about--kamu boleh tanya ke saya atau googling mencari jurnal gratisan.

Yang saya heran, apa sih yang dunia ini mau?

Salah saya, iya, salah saya karena pertanyaan general dan klise kayak gini memang nggak usah dijawab. Ini retorika, begitu bukan? 
Haya/Afi| 2008-2022