Aug 25, 2016

Triple Sensations



MOI Tropical Juice Drink and my not-so-photogenic-hand.



Ini tulisan tentang MOI Tropical Juice Drink dan prosesnya. Serius.
Tapi nggak seserius itu deng. Saya nggak bakal cerita tentang proses pembuatannya secara literal maupun empiris. Eh, empiris sih. I will jot down 3 TOP things selama saya menjalani praktikum terpadu bikin MOI.

1. Tentang jatuh
Wow. Seakan mengharukan.
Padahal nggak kayak yang kamu bayangin. Pada hari produksi ke-4 atau hari konsinyasi bagi bagian pemasaran saya belajar banyak sekali tentang mendengarkan orang, negosiasi, dan promosi bersama ketiga rekan saya, Andika, Brian, dan Aida. Pada hari yang sama, telepon genggam saya jatuh di kontrakan Andika. Meluncur begitu saja dari saku baju. Hal ini seharusnya biasa aja karena sebelum-sebelumnya telepon genggam saya sering jatuh. Tapi, hari yang sesaat sebelumnya terasa sangat menyenangkan karena saya belajar tentang negosiasi jadi nggak terlalu menyenangkan. Saat saya memungutnya, saya mendapati layarnya yang retak.

Aw. Irritating.
Saya langsung sibuk sendiri complaining over things that mattered that day.
Yang indah-indah jadi rada nggak terlalu indah siang itu.

Ya udah saya belajar tentang menerima walaupun sulit sedikit. Saya kembali ke kampus bersama Andika. Kami berdua sampai lebih awal dibandingkan Brian dan Aida yang juga naik motor. Saya yang tipikal extraverted ini langsung cerita-cerita ke beberapa kerabat yang ada di kelas kalau hari saya yang indah tetiba jadi nggak terlalu indah karena layar retak. Sampai tetiba layar retak itu menunjukkan pesan dari Aida yang bilang kalau di ada di poliklinik.

Aida tanya nomor mahasiswa Brian. I was kind of worried. Seketika layar retak akibat jatuh jadi nggak ada apa-apanya saat saya tahu kalau kedua teman saya ini jatuh. Yang saya pikirkan cuman "retak" macam apa yang teman saya dapatkan. I was in hurry. Saya minta diantar ke poliklinik sama Andika. Sampai di sana saya lihat dua teman saya ini sama-sama nangis. Yang satu nangis karena merasa bersalah karena berlaku sebagai pengendara, yang satu nangis karena temannya nangis. LOL. Saya terharu sih. Habis itu ketawa. Teman saya dapat "retak" di dekat mata kakinya. Retaknya sudah dilapisi perban. Darahnya lumayan banyak katanya.

Apa yang saya pelajari di situ adalah: manusia memang lebih berharga dibandingkan barang. HAHAHA YAIYALAH. Ya intinya, perihal layar telepon genggam nggak ada apa-apanya dibandingkan teman saya yang jatuh juga. Lebih sakit saat tahu teman saya jatuh dan dapat "retak". Idih, sok sweet.

2. Dosen yang kena night fever
Ternyata ada dosen yang suka Bee Gees juga. Jadi, dosen ini tetiba menghampiri saya yang sedang mengerjakan tugas pemasaran di depan kelas sambil bernyanyi. Lalu, dosen ini bilang kalau dia mau disalinkan file lagu yang saya nyanyiin ke CD. OMG. Saya kira saya berprestasi makanya si Bapak ini mau diskusi tentang ilmu pangan dan menghampiri saya. Ternyata minta lagu.

Eh, apa ini juga prestasi?

Ya udah saya salinkan ke flash drive. Lalu kami berdua mengobrol tentang musik-musik semasa beliau muda. Di akhir perbincangan, si Bapak bilang "Nanti tolong salinkan musik lain. Tapi jangan jadi beban dan ganggu studi kamu". LOL, oke. Baiklah. Bapak lebay.


3. Dosen atlet bulutangkis
Nggak, nggak ada momen dosen yang main bulutangkis selama rangkaian praktikum terpadu. Adanya dosen yang sangat menyenangkan, membuat bahagia saya dan Brian, dosen yang semangatnya bikin menular, dan dosen yang harus, wajib, kudu, dimintain selfie bareng layaknya atlet bulutangkis yang saya kejar tiap nonton live di Istora Senayan. Tapi ini beda orang kok dari dosen yang suka Bee Gees. Akhirnya dapet selfie.

Afi-Bapak-Brian
Terima kasih banyak Bapak Azis yang sungguh menyenangkan. Yang bikin kami merasa dibanggakan padahal hasil kerjanya ya average atau malah below average. Yang tepuk tangan dan teriak secara meriah di depan dosen-dosen lain saat kami presentasi produk. Yang bilang makasih ke kami sebelum kami sempat berterima kasih. Terima kasih sudah mengajarkan tentang sikap apresiatif. Dan terima kasih sudah mendatangkan sensasi foto bareng atlet bulutangkis di kampus. Selfienya burem. Iyalah, sore-sore, mendadak, nggak pilih tempat, buru-buru pula. Foto sama atlet juga gitu, untung ini nggak goyang.


Intinya, MOI menyegarkan. Proses di baliknya juga menyenangkan. Ini cuman top 3 aja yang ditulis. Yang nggak ditulis masih banyak dan juga menyenangkan. Belajar memang menyenangkan.


Ciao,
Afi Wiyono.
Haya/Afi| 2008-2022