"Internet tuh harus dipakai dengan bijak"
"Yaiyalah, masa buat konten nggak bener?!"
"Astaghfirullah, ya nggak gitu lah maksudnya"
"Ya makanya nggak usah dikasih tau juga kali"
***
Ternyata kamu memang tahu lebih banyak. Kamu sudah berpikir lebih dahulu soal kata bijak. Mungkin kamu merenungi lama benar. Bukan sekadar tidak melakukan kesalahan besar, tetapi dengan terencana selalu menjadi lebih baik.
Konteksnya pun luas. Kamu tidak berpikir untuk sekadar kehidupan di dunia. Tetapi juga menjaga soal persiapan kematian di dunia. Soalnya kamu meyakini benar dan selalu up to date dengan hal-hal yang bikin kamu tetap yakin tentang kehidupan setelah di dunia.
Aku nggak bijak.
Tapi kamu nggak marah soal itu. Kenapa? Soalnya kamu paham benar kamu juga selalu merasa "tidak cukup" bijak. Kita tidak statis, Nona. Karena kebijaksanaan cuman bisa diperoleh dari yang Mahabijak.
Yang Mahabijak ini sungguh senang kalau dimintai hal-hal yang baik. Iyalah, sumbernya kebijaksanaan gitu loh. He he.
Hore.
***
"Internet tuh harus dipakai dengan bijak"
"Contohin dong!"
"Belajar bareng ayo"
"Maudong"
Apasih nih
Afi wiyono
