Jun 18, 2017

Kecil

Saya rasa ini waktu yang tepat untuk menulis. Bahkan dengan sebutan saya untuk diri sendiri.

Saya yang makhluk ini sungguh kecil di mata Pencipta. Bahkan, saya sungguh kecil dibanding makhluk lainnya. Mengapa?

"Tapi aku belum tidur, kasih waktu setengah jam lagi," rengek saya pada pukul setengah dua pagi.

"Oh, dikira sudah bisa nyusun prioritas,"
"Tadi ngerjain kerjaan banyak banget seabrek-abrek biar bebas pas liburan lebaran. Itu juga belum selesai," jelas saya.

"Skripsi?"
"Bukan, kerjaan yang lain,"
"Buat dunia?"

***
Lalu saya menyerah ikut tanpa berwudhu. Kalau saja saya sering berkunjung ke tempat ini, saya akan sering malu. Sebab, jawaban apa yang lebih masuk akal dibandingkan "nggak wajib kan?" sehingga saya tidak mau bergerak?

Anak yang kakinya bengkok, seorang ibu yang turut serta membawa anaknya yang berpotensi mengganggu banyak orang karena tergolong spesial, pemuda yang meninggalkan perniagaan, dan kakek yang butuh sangat-banyak menit untuk bisa sampai shaf depan.

Anak yang kakinya bengkok harus masbuk sementara temannya tidak. Naik tangga bukan halangan, masbuk pun bukan karena kemalasan. Mulia, ya?

Ibu yang membawa anak spesialnya mesti berkali-kali kembali menenangkan si anak karena menggertak berulang-ulang, berkeliling pelataran hingga hampir jatuh, dan tiba-tiba berputar-putar sambil tiduran. Tentu dibarengi dengan teriak. Ibu itu tetap tersenyum dan mencoba memberi pengertian ke sekitar. Mulia, ya?

Pemuda yang meninggalkan perniagaan begitu ikhlas menutup tokonya lebih awal. Karena dia paham, harta itu apa yang diamalkan, bukan yang semata-mata dicari sebanyak-banyaknya untuk disimpan. Lalu rezeki ialah ilmu, amal, juga kemuliaan. Maka, dia menjemput rezeki. Mulia, ya?

Sejak saya sampai di gerbang depan lokasi, kakek sudah di depan saya. Saat saya menaiki banyak tangga, lalu sembahyang, lalu selesai, kakek belum sampai ke shafnya. Untungnya Tuhan saya Mahabaik dan menilai kami dengan borang berbeda. Kakek dengan ilmunya paham, maka beliau tetap melangkah dan tetap tertatih hebat. Mulia, ya?

Di antara empat makhluk tersebut, kalau saya jadi yang kelima, saya yang paling kecil. Iya, harus diberi tanda kutip: "kecil".
***

"Tapi kita tidak boleh berputus asa,"
"Merasa hina?"
"Wajar, maka disitu ada pengampunan yang Dia tawarkan dan sesuatu lain yang kita usahakan,"
"Taubat?"

Ya.
Maka, berlepaslah, menyesal lah, dan jauhilah.

"Sudah menyusun prioritas?"

hehe.

Ditulis saat belum tidur dan merasa butuh tidur. Tetapi tiba-tiba datang si Anak enam tahun yang juga belum tidur selarut ini bahkan tanpa tidur siang. Hah??? Anak TK kok nggak tidur-tidur :(

dah,
Afi Wiyono

Haya/Afi| 2008-2022