Keretaku lagi berhenti sejenak di Stasiun Abiko. Aku lagi di JR Joban Line menuju Tsuchiura setelah sejak kemarin menetap di Tokyo. Berangkat sendiri, pulang sendiri. Ternyata bisa ya.
Dikirain aku payahnya keterlaluan karena nggak bisa pergi sendiri, nggak bisa baca peta, dan matanya suka ngawang tiba-tiba. Toh, ternyata yang aku butuh cuma kesempatan. Bukan, kesempatan yang aku maksud bukan untuk pembuktian. Aku butuh kesempatan biar nyoba aja.
Tokyo menyenangkan selama ini. Sistem transportasinya jauh dari kata dzolim terhadap manusia. Aplikasi pendukung macam Japan Travel juga sungguh contoh implementasi dari permudahlah jangan dipersulit. Hadits loh itu.
Kalau bicara tentang biaya, ya kusimpulkan harganya bikin aku pun ridho buat merogoh kocek sebesar ini (LOL, ini diksi aneh juga). Alhamdulillah ya, dikasih rezeki buat ngerasain ini semua. Tapi kenapa kadang (bahkan sering) masih nggak sadar sehingga mendustakan nikmat ya?
Oh
iya
kan
akutuh
manusia
hehe.
Iya, nggak baik juga being too naive dan defensive di balik status manusia. Jangan, jangan gitu.
Usaha, kek.
Tokyo berhikmah selama ini. Aku pengen deh masuk golongan orang beriman. Katanya, hikmah itu adalah barang orang beriman yang hilang. Makanya kalau ketemu, dimana pun, ambil. Kata siapa? Kata nabi aku via periwayatnya, Tirmidzi. Makanya aku pengen banget dimampukan bisa ngambil hikmah sebanyak-banyaknya dari Tokyo. Terima kasih, Tokyo.
Dan selalu, udah kewajiban banget sih banyak-banyak berterima kasih dan tau diuntung sama Pencipta atas segala bentuk rezeki.
Apa aja tuh.
Kalau bagiku
sih
rezeki
bisa
berwujud
ilmu
amal
kemuliaan
dan
harta yang bisa digunakan
di
jalanNya
hehehehehehe.
God, You are always Great.
Yang pengen banget dianggap hamba,
Afi Wiyono.