Mar 8, 2018

Beberapa Stasiun

Sejak masuk kereta di Stasiun Tanjung Barat, Aku punya itikad menulis karena, kenapa tidak?

Aku baru saja singgah ke pabrik susu untuk sekadar bertemu rekan lama, berhahahihi a la kadarnya, berserah terima kue bolen cokelat dan keju gulung, dan berlenggang meninggalkannya di belakang punggung. Tidak ada yang terlalu luar biasa pada hari-hari yang lalu.

Aku tidak ingin menulis, hanya itu hal yang cukup luar biasa.

Tapi, nenek berusia 83 yang baru saja turun di Stasiun Cilebut membuatku ingin menulis.

Mulanya saat kereta kami meluncur meninggalkan Stasiun Universitas Pancasila. Nenek yang duduk di seberangku mulai meracau. Kukira awalnya begitu hingga akhirnya aku sadar beliau mencoba mengajakku berbincang.

Jarak kami sebesar jarak standar antara bangku-bangku kereta listrik yang berseberangan. Volume suara si Nenek tidak membuat ucapannya terdengar jelas. Tapi, kenapa tidak berusaha mendengarkan?

Aku mencoba tersenyum sebanyak-banyaknya sebagai upaya merespon sebaik-baiknya. Toh, wajah si Nenek tersenyum jadi kuasumsikan beliau bercerita tentang sesuatu yang riang dan ringan. Ada satu nama yang bisa dengan jelas aku tangkap.

"Ustadz Tizar," katanya. Diikuti dengan deskripsi singkat: "Cakep, orang baik, udah almarhum".

Iya, aku tahu nama itu dan bersamaan dengan kata-kata si Nenek, aku mengiyakan.

Saat aku bilang kalau aku kenal almarhum, si Nenek menjadi semakin yakin untuk membeberkan semua kisah tentang Ustadz yang mungkin dirasa perlu kuketahui. Jumlah anak, tahun kelahiran, jumlah adik, jumlah kakak, jumlah saudara yang sudah meninggal, rumah adiknya, status pernikahan keponakannya, tempat kerja anaknya, semuanya beliau beberkan.

Apa salahnya mendengarkan? Tidak ada.

Sampai di Stasiun Bojong Gede, si Nenek berkata: "Nggak kerasa ya udah Bojong Gede,".

Bagiku sih, sesungguhnya sangat terasa karena kisah si Nenek begitu panjang dan beberapa kali aku mencoba menyudahinya.

Tapi, sekali lagi: Apa salahnya mendengarkan?
.
.
.
.
Uh, sudah Stasiun Bogor. Aku turun dulu.

Belum pesan ojek online,
Afi Wiyono

Haya/Afi| 2008-2022