Saya ikut kelas rempah.
Udah gitu aja sih sebenarnya ide dari tulisan ini. Hmm, mau eksplor dari sisi apa, ya?
Baiklah, saya cerita tentang kronologi sampai hikmah yang bisa diambil, ya.
Saat itu Minggu, saya sedang ngos-ngosan selepas zumba sendirian gara-gara kedua teman yang sudah berjanji akan datang tidak kunjung muncul hingga akhir sesi. Oh iya doong, saya sungguh sporty sejak dahulu kala.
Saat saya sedang gegoleran dan mengatur nafas, saya dapat kiriman flyer acara Eksplorasa. Iya, nama acaranya itu. Pun intended hehe.
Eksplorasa adalah sebuah workshop untuk mengenal rempah yang diselenggarakan oleh Javara. Kamu mau tahu apa itu Javara? Kamu bisa cari tahu sendiri sih.
Saya diminta untuk mendaftar ke acara tersebut yang diselenggarakan pada Kamis. Buat apa belajar rempah? Buat diri sendiri! Jangan manja, jangan pamrih, apa-apa ya untuk kebutuhan diri sendiri!!! Huuuh!
Hahahaha.
P a a n s e h.
Kabar baiknya adalah saya sedang suka belajar, jadi tentu saja semangat untuk menjadi peserta. Kabar baik lainnya, yakni biaya ditanggung pengirim gambar. Oh, tentu saja dong saya tambah siap sedia.
Pada Kamis saya memesan layanan taksi online yang entah mengapa sang Sopir kok banyak excuse, yaa. Mungkin sebenarnya ingin saya batalkan saja pesanan pengantaran rute Cibubur-Kemang ini. Tapi saya malas ah, menginterpretasi ungkapannya yang maknanya kabur itu. Biar Pak Sopir belajar berkata tidak saat ingin tidak. P a a n s e h.
Saya hadir sekitar 15 menit sebelum acara dimulai. Itu kali pertama saya datang ke Javara Culture Center. Entah mengapa rasanya seperti masuk ke Lush di Shibuya sana.
Interiornya sebagian besar bernuansa kayu. Saat masuk, kamu akan lihat kasir, ke kiri kamu akan lihat toilet wanita dan rak-rak yang rapih dan terkesan seperti berjualan sabun, ke kanan kamu akan lihat meja-meja kayu dan rasanya ingin pesan makanan saja. Lalu saya ke arah mana? Saya ke kanan.
Saya sih secara objektif cuma ingin duduk saja, tetapi kalau bisa sambil tambah teman kan enak juga. Saat itulah saya bertemu Mbak Dwi yang ingin dipanggil Doe saja, tanpa bubuhan "Mbak" di depannya. Doe adalah jurnalis Kompas bagian gaya hidup. Doe ramah sekali mau berbincang dengan saya. Ah, saya berjanji akan selalu membaca tulisan Doe kalau beli Kompas.
Saya dan Doe lalu masuk ke ruangan workshop dan memilih untuk duduk sampingan. Saat itu saya sambil menyantap singkong goreng yang diberi sambal. Welcome drink kami adalah minuman segar berwarna ungu yang ternyata adalah sari bunga, umm.. bunga apa ya lupa he he.
Workshop dimulai. Dengan Rp 375.000, saya bisa dapat berbagai hal, mulai dari menjadi tahu alasan mengapa Javara bersemangat menjalankan bisnisnya, mengenal berbagai bentuk rempah dan karakteristiknya, terlibat dalam kuis rempah yang sungguh singkat, menyaksikan demo masak steak dengan sambal andaliman oleh chef yang katanya lulusan sekolah kuliner di Amerika, menyantap hasil masakan chef yang barusan saya sebut, dan makan siang dengan berbagai menu yang kaya akan rempah.
Kalau bagi saya sih menu-menu yang dihidangkan sungguh familiar karena sering menjadi hidangan di rumah. Maklum, pemakan segala. Bagi sebagian orang yang hadir di sana, mungkin santapannya bisa sekaligus menjadi rekreasi.
Yang paling menarik dari acara yang bisa dibilang sangat singkat itu adalah pesertanya. Saya senang karena bisa bertemu orang-orang dengan latar belakang beragam yang juga suka belajar. Tapi saya lupa nama mereka, he he mudah ternyata ya melupakan? Hmm..
Kecuali satu, Mbak Vidya yang cantik sekali, datang dengan jilbab hitam panjangnya dan lipstik coklat tua. Karena Mbak Vidya inilah, malamnya saya langsung mencari lipstik coklat tua saya. Sungguh menginspirasi.
Inspirasi lainnya dari Mbak Vidya adalah tentang kegiatannya. Ibu muda beranak satu itu cerita tentang minatnya pada penyembuhan holistik, seperti pengobatan nabawi, pengobatan a la Cina, dan ayurveda. Yang saya senang tentu saja aura positifnya. Ah, menyenangkan sekali apalagi saat Mbak Vidya memesan klepon gelato sebagai hadiah untuk saya, karena katanya: "Woy, ngaco ini gelato! Kamu harus cobain, aku pesenin!". Ngaco memang. Enak.
Baiklah, kita ke bagian hikmah ya. Hmm, workshop semacam ini adalah salah satu acara marketing yang baik. Oh iya, tentu saja sebuah wujud branding juga. Manfaatnya banyak, kan tersirat yah dari paragraf-paragraf di atas.
Selanjutnya, tentang peserta yang merupakan ibu-ibu tua maupun muda yang senang belajar dan mau berinvestasi pada program semacam ini. Oke, mereka menularkan energi positif bagi saya.
Lalu, apa lagi ya..
Bus saya sudah mau sampai, hore! Akhirnya berhasil mengisi waktu dengan menulis kronologi suatu acara. Betapa membosankan.
Dah,
Afi Wiyono