Jun 7, 2019

Dadah, Hipokrisi

Dengar, dengar!

Yang menarik dari bulan puasa kali ini adalah tidak ada acara buka puasa bersama teman, selain teman kantor dan teman yang datang ke Cibubur. Soalnya aku memang nggak mengalokasikan waktu untuk itu.

Rasanya baik-baik saja.

Yang menarik dari hari raya kali ini adalah aku hadir sebagai Hayah yang lebih luwes sebagai orang yang tahu kalau masalah itu memang tempatnya ada di kondisi default hidup manusia.

Senang sekali dengar orang punya masalah masing-masing. Dengan begitu aku jadi makin yakin bahwa hidup kita cuma akan jadi sistem, jadi semesta bagi tiap diri yang menjalaninya. Bagi orang lain? Kita ada di dunia paralel. Tidak terlalu berarti. Dan ini bukan masalah! Ini kondisi default-nya.

Tidak perlu sedih kalau orang lain tidak ikut bahagia saat kamu bahagia.
Terima saja kalau sebagian dari kita belum bisa berempati, bahkan dikaruniai rasa sulit berempati. Sudah tahu begitu, kenapa juga mesti ditekan? Bisa-bisa jadi borok hipokrisi.

Jujur saja dalam mengatur perasaan, tidak perlu dibuat-buat.

Aku mau berpesan sama diri sendiri, begini ya, Hayah:

Tenang.

Kalau perasaan bahagia yang kamu miliki tidak ingin kamu bagi ya tidak apa-apa. Kalau kamu mampu dan mau membaginya ya silakan saja merasa bersedia.

Kalau perasaan yang ingin kamu bagi hanya kesedihan, kebencian, dan kerumitan boleh juga.

Bisa jadi memang hanya itu yang kamu mampu. Bisa jadi memang hanya itu yang buat kamu tetap bertahan.

Tidak
Apa
Apa
.
Selamat menyelami berbagai masalah yang memang dianugerahi dalam hidupmu, Hayah! Mau protes? Yah, namanya juga hidup ini ujian hehehehe...

Ini bocorannya: sampai akhir hayatmu hihihi. Semoga sukses!

Sampai jumpa,
Afi Wiyono

Haya/Afi| 2008-2022