Feb 14, 2023

On becoming vulnerable

​Sejak sama Ilham, aku jarang tulis-tulis dan memaknai melamun. Aku menikmatinya.

Jarang-jarang, tetapi ada kalanya aku tetap mau melamun ngang ngeng ngong dan sibuk seraya menderita sendiri. Soalnya kalau menderita bersama rasanya lebih melelahkan.

Melelahkan bagiku soalnya aku tidak bisa memastikan apa dia—dalam kasus ini Ilham, dalam kondisi lain bisa jadi siapa pun yang tidak akan aku ajak menderita bersama—bisa menderita dengan cara yang sama, melalui tahapan yang sama, dan kecepatan yang sama atau tidak.

Menderita, yang suka aku wujudkan dalam bentuk merasa gundah, sedih, menangis, dan marah, sejauh ini masih terlalu personal bagiku. Kalau ada yang mengutak-atik bisa diartikan mencampuri ranah privat sepertinya, sih. Menderita tidak menyenangkan. Tentu saja begitu. Tapi, ia hadir sebagai penyeimbangku.

Walau kadang bosan juga sih, seperti bulan Januari. Isinya aku yang tiap perjalanan pulang kantor bisa menangis melulu. Untung naik bus. Jadi banyak orang. Dengan begitu aku bisa studi banding kalau emosi orang memang sudah dasarnya beragam.

Di dalam bus, aku bisa lihat wajah mengerut bapak-bapak yang kuartikan sebagai terlalu lelah, wajah anak kecil yang idih riang sekali soalnya dapat tempat duduk, atau wajah yang ekspresinya datar sekali dengan tatapan kosong. Bagiku, ekspresi menangisku menjadi begitu umum dan tidak akan mencolok.

Kembali tentang Ilham:

Ilham memberiku ruang.

Ruang untuk tetap bisa menderita sendiri. Juga ruang untukku tidak memberi tahu bahwa aku tidak baik-baik saja sementara aku memang tidak mau dibantu untuk menjadi baik-baik saja. Walau pada akhirnya dia protes karena tidak tahu kalau aku sering tidak baik-baik saja. 


Dear Ilham,

Celotehmu, protesmu, aku biarkan saja biar mereka melayang-layang pada ruang yang kulowongkan untukmu merasa gusar (atau mungkin tidak sama sekali). Peduli apa kalau Chris Martin menulis lagu Fix You untuk mantan istrinya, bagiku kamu tidak harus selalu membuat semuanya bekerja sesuai fungsinya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

It is really nice to be dysfunctional once in a while and you are still there.

Terima kasih, Ilham!


Kisskiss,

Haya

Haya/Afi| 2008-2022