Feb 14, 2023

Truthfully yours

Dear Mikel,

Pagi ini Mama menyapa kucing kecil anak si kucing besar yang warnanya hitam putih seperti sapi. Induk kucing yang kurasa dapat jatah reproduksi dengan benihmu.

“Siapa nama kamu? Micey ya?” ujar Mama riang setelah bayar belanjaan dari tukang sayur.

Dia bukan kamu, tapi rasa yakinku bulat kalau dia anakmu.

Sekarang ada tiga kucing di rumahku yang sebelumnya enam. Tiga lainnya sekarang tidak ada dan aku tidak mau pikir-pikir kenapa, meski sembari berharap mereka baik-baik saja. Kalau Sarakipi panggil ketiga yang bertahan: Amih Meng, Meng, dan Ayah Meng.

Sarakipi sayang kucing. Aku yakin sekali jika kamu masih ada, Sarakipi akan begitu menyayangimu dan tidak peduli akan pilekmu. Ayah Meng yang begitu menyeramkan (dan konyol pada waktu yang sama) saja dia peluk-peluk.

Malam Senin lalu, sepulangnya aku, Ayah, dan Mama dari Bogor, halaman kami berantakan sekali karena tissue yang terkoyak-koyak menyebar di berbagai titik, termasuk di lantai merah dan dekat pot tanaman. Anak Meng—yang kata Mama namanya Micey—sedang hobi koyak-koyak.

Pada hari sebelumnya, Ilham datang ke rumah dan merasa tergelitik karena si Anak Meng berpindah tempat secara aktif dengan melompat layaknya kodok. Padahal dia kucing. Anak Meng dimaklumi.

Jadi, Mikel, begitu hari-hari yang dapat aku laporkan.


Salam,

Bafi


Haya/Afi| 2008-2022