Mar 17, 2014

Selamat hampir-empat-tahun

Hampir empat tahun, Sayang.
Hampir empat tahun aku lebih sering dibuat cemas oleh hadirmu. Sudah hampir empat tahun juga aku berdamai, mengalah lagi dan lagi. Kamu mau sebut aku mengalah tetapi tak kalah itu boleh. Mau sebut aku mengalah dan kalah juga tak apa. Apa pun untukmu, Sayang.
Hampir empat tahun, Sayang.
Kamu yang lebih sering menggertak. Membuatku sesak. Membuat mereka yang peduli ingin menjadi lebih peduli. Dan yang tak peduli sekali pun ingin terlihat begitu. Meski kuacuhkan nyatanya kamu menang lagi. Sialan. Boleh kan sekali ini aku mencaci? Iya, sialan. Toh selama ini aku berlaku baik padamu.
Kemarin--di hari aku dan kamu hampir empat tahun lamanya bersama, berkompromi--kamu menang lagi. Kapan ya bendera putih itu bisa kukibarkan? Biar kita selesai. Tapi itu artinya aku menyerah, ya?
Lalu, empat tahun yang sudah dijalani ini untuk apa?




Mau sampai kapan?
Biarkan aku yang menang. Biar kita selesai.



Kalau kamu mau aku berjuang, ya, aku akan lakukan. Sampai menang.
Sampai jumpa di kekalahanmu ya, Sayang?



Yang bersyukur karena sempat mencicipi ketoprak dan tauge goreng Kantin Sapta sebelum akhirnya dilarang mengonsumsi,
Afi Wiyono



***
I am sick. Sick enough of those unreliable people. Memangnya menurutmu, selama ini, aku berlagu untukmu? Tidak. Tidak sama sekali. The ways it is delivered are irritating, really. Jangan suka ingin terlibat dalam kisah orang. Belum tentu kehadiranmu dinantikan.

Haya/Afi| 2008-2022