Apr 1, 2017

Sikap (1)

Aku baca tulisan soal "sikap" beberapa waktu lalu. Beberapa waktu lalunya ini udah lama sih, tiga bulan ada kali. Saking sukanya, aku nggak pernah nutup tab situs itu sejak pertama kali baca tulisannya.

Tulisan itu dibuat oleh seorang mbak-mbak yang umurnya selang satu tahun sama aku. Kalau secara garis-garis relasi, si Mbak ini dekat dan masih ada di lingkaranku selama ini. Kita nggak pernah bersua apalagi berbincang. Tapi lewat tulisannya, dia berbicara. Like, right on my face, bruh.

Tulisannya khas diawali potongan cerita yang latar tempat dan waktunya bisa dimana pun dan kapan pun. Tulisan soal "sikap" ini berlatar di sebuah negara yang isinya perang terus. Waktunya diplot sebagai kesekarangan. Tokohnya dua orang pemuda. Tapi bisa jadi lebih muda dari umur manusia-manusia yang diasumsikan sebagai pemuda. Konfliknya jelas: perang.

Sudut pandangnya orang pertama. Si Orang Pertama heran kenapa ada temannya yang tetap usaha lemparin kerikil ke musuh, meanwhile si musuh udah pakai tank. Terus selanjutnya kalau menurut analisisku, momen lempar kerikil diikuti sejenis momen lempar batu sembunyi tangan. Tapi di sini sembunyi bukan karena takut ya. Karena dia butuh keamanan supaya bisa melanjutkan lempar kerikil lagi.

Lah, kan menurut si Orang Pertama sia-sia banget ya. "Lo capek iya, kesel iya, terancam iya, kemungkinan kalahnya jauh lebih besar dibanding menang. Lo ngapain, mending ngumpet sejak awal, nggak perlu ngadepin si tank." Gitu asumsiku kalau omongan si Orang Pertama disederhanakan dengan bahasa orang Jakarta.

Bagusnya lagi tentang tulisan ini, ada momen saat si Orang Pertama dijelasin jawaban atas kerisauannya. Temannya bilang: "itu yang namanya sikap".

Ganti paragraf deh.
Sikap bahwa ada perjuangan. Sikap bahwa mereka nggak takut. Sikap bahwa mereka melakukan hal yang benar. Sikap bahwa mereka punya hak atas lahannya. Sikap bahwa mereka nggak perlu sedih. Sikap bahwa mereka percaya kalau Allah ada bersama mereka. Sikap yang diwujudkan dalam lemparan kerikil yang cuman bisa menghasilkan bunyi yang nggak begitu nyaring akibat benturan kerikil dengan bagian tank.

Aduh indah banget.
Pembaca-terharu-moment sekali.

Hikmahnya banyak banget sih tulisan si Mbak. Aku jadi sadar kalau sikap itu emang mesti dimiliki. Lah, gimana sih caranya? Ya harus punya dasar yang jelas makanya bisa nentuin saat kondisi tertentu mana yang harus dilakukan.

In my defence, ini kalau mau ditelusuri pakai nalar ya ujung-ujungnya jadi tentang eksistensi manusia di muka bumi. I would grant this to my religion. Because I believe, my absolute truth is there.

Untuk Mbak yang cerdas dan sholehah,
Semoga kita ada kesempatan dipertemukan. Terima kasih banyak!

Haya/Afi| 2008-2022