Gampang ih nyelesein masalah, tinggal jadi orang pintar aja.
Bikin hitung-hitungan, validasi, jalankan, manusia selamat dan sejahtera!
.
.
.
.
.
.
Hehe, lalu mungkin Ayah bilang "Udah? Nggak mau jelasin posisi dulu posisi kamu ada di mana?"
Lalu aku jawab, "Di satuan tim penyelamat dunia, dong. Orang ini demi kebaikan bersama"
Terus, pasti aku bakalan pasang poker face setelah percakapan itu selesai. Soalnya, Ayah pasti bilang "Agama kita mengajarkan tentang pertengahan. Wasath. Moderat. Titik tengah. Irisan."
Dalam kalimatnya, Ayah pasti mencoba mengajakku bertindak sebagai makhluk yang mau berusaha adil. Tengah artinya sisi lain sama panjang, sudut pandang sama luas, bagian paling kokoh dan aman.
Utopis sekali mau menyelamatkan dunia dengan permodelan saintifik yang valid, walaupun tidak ada salahnya sama sekali. Cuman, apa iya semua kebaikan ada di pilihan alternatif itu? Hidup nelayan katanya terganggu. Kalau proyek dilangsungkan, siapa yang dapat tunjangan kesejahteraan paling besar?
Misteri sekali.
Pantas ya, sejak lama reklamasi ini ributnya bukan main antara yang pro dan kontra, bahkan jadi bahan gorengan media. Soalnya, si utopis ribut sama si utopis. Boom!!!
Saling punya praduga kalau masing-masing punya rencana jahat. Saling merasa paling dirugikan kalau masukannya tidak jadi solusi pilihan. Boom!!!
Terus aku bakal nanya kayaknya sama Ayah, "Kalau skenarionya ada si jahat dan ada si baik, siapa sih sebenarnya masing-masing dari mereka? Siapa yang jahat?"
Lalu, Mama akan datang bawa pisang goreng dan teh manis hangat sambil bilang "Yang jahat itu diri sendiri kalau kerjaannya cuma suudzon dan lalai dalam memperhatikan,"
Boom!!!
Meledak nih aku bentar lagi.
Konflik apa pun emang larinya ke diri sendiri lagi.
Semoga, mereka yang berniat menolong dan menghamba dalam usahanya selalu mendapat kemudahan. Kebathilan walaupun banyak pasti kalah juga. Begitu sih, skenario pastinya. Masalah waktu saja, sayang.
Kuharap beneran bisa melakukan percakapan ini plus ada pisang goreng,
Tapi, rumah akan kudatangi satu setengah bulan lagi,
Sebentar lagi,
Mau pulang!
Afi Wiyono.